2017 | WaLkin' With You...
 
 
 
Copyright © WaLkin' With You...
Design by Dzignine
Sunday, December 3, 2017

Hiduplah Indonesia Raya Dukung Bersama Asian Games 2018

Bulutangkis berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cabang olahraga yang berupa permainan yang dimainkan dengan memakai raket dan kok yang dipukul melampaui jaring yang direntangkan di tengah lapangan; badminton. Topik ini yang pertama kali terbersit di kepalaku ketika kata olahraga muncul, orang sekitarku tentu tahu betapa besar rasa cintaku pada olahraga ini. Perkenalanku pada olahraga ini dimulai dari papa yang selalu menonton pertandingan bulutangkis di televisi, tahun 1998 adalah tahun pertama aku melihat bagaimana para pemain mengayunkan raketnya dengan lincah dan terkadang mengeraskan pukulannya pada kok yang ada. Cerita perkenalanku dengan olahraga ini dapat kalian baca lebih detil di sini atau dengan berkunjung ke instagramku.

Tentu sebagai pecinta bulutangkis kita tidak asing lagi dengan salah satu ganda putra terbaik milik Indonesia yang sedang naik daun saat ini, yang konon katanya disebut-sebut sebagai pengganti Hendra Setiawan-Mohammad Ahsan, iya, mereka adalah Duo Minions (Kevin Sanjaya-Marcus Fernaldi Gideon). Mereka mengawali karir dengan susah payah, tidak langsung mendapatkan kepercayaan dari pelatih/klub tempat mereka bermain sebagai tumpuan utama, mereka kerap kali berada di bawah bayang-bayang ganda putra HS-MA dan beberapa pemain ganda putra lainnya. Namun syukurlah hasil memang tidak pernah mengkhianati proses, berkat kerja keras dan kegigihan mereka perlahan namun pasti mereka semakin dikenal, berprestasi, dan bahkan berada di posisi nomor 1 dunia sebagai ganda putra terbaik dunia.

All England 2017
Mengapa Minions? Karena tinggi badan mereka tidaklah seperti pemain bulutangkis kebanyakan (± 175 cm), Kevin Sanjaya 170 cm dan Markus Fernaldi 169 cm, cukup ‘mini’ untuk standar rata-rata tinggi badan pemain olahraga tepok bulu tersebut. Bahkan ketika mereka berdiri di atas podium sebagai juara 1, tinggi mereka masih dapat dibalap oleh juara 2 bahkan sebelum sang juara 2 berdiri di atas podium. Memang tinggi badan mempengaruhi kecepatan footwork, namun melalui mereka, kita semua belajar bahwa tinggi badan bukanlah faktor terpenting yang harus dimiliki oleh pemenang kejuaraan bulutangkis.

Aku akan menceritakan secara singkat mengapa aku begitu jatuh hati dengan gaya permainan mereka. Berdasarkan pengalamanku yang sering lalu lalang sebagai penonton setia bulutangkis dari berbagai turnamen, mereka selalu menampilkan permainan dengan tempo yang sangat cepat, adu drive, return service yang memukau, flick serve yang terkadang mengesalkan pihak lawan, akting provokasi yang menarik untuk ditonton, dan yang terakhir namun tidak kalah penting daya juang dan semangat pantang menyerah yang sungguh patut ditiru oleh atlet lainnya.

Marcus Fernaldi Gideon bermain sebagai pengeksekusi kok dengan pukulan smash­-nya yang kencang, sang penggebuk yang kerap dijuluki sebagai “Senyuman Matahari” ini memang kerap kali menyusahkan lawan dengan smash-nya yang kencang dan terarah. Marcus itu ibarat Christiano Ronaldo, dia giat berlatih bahkan dalam satu cuplikan wawancaranya dia kerap mendatangi pelatih dan meminta porsi latihan yang lebih agar dapat mengimbangin keterampilan dan kelihaian Kevin dalam bermain bulutangkis. Sedangkan Kevin Sanjaya sungguh telah menjalankan perannya sebagai playmaker dengan sangat baik, aku mengibaratkan dia seperti Lionel Messi, anak berbakat yang memang lahir untuk bermain bulutangkis, sungguh memukau dan unpredictable. Flick serve, return service, dan penempatan bola yang dilakukan oleh si "Tangan Petir" kerap kali membuatku berdecak kagum dan berpikir tidak habis pikir. Sungguh Indonesia patut bangga memiliki mereka sebagai ganda putra terbaik!

Hongkong Open 2017
Tahun 2017 adalah tahunnya Duo Minions, mengikuti 10 turnamen superseries dengan berada di final sebanyak 8 kali dan menjadi juara sebanyak 6 kali membuat mereka menjadi ganda putra terkaya saat ini dengan kekayaan mencapai Rp 3,121 miliar. Wow, jumlah yang fantastis bukan! Hingga saat artikel ini ditulis, mereka masih akan bersiap untuk mengikuti turnamen puncak world superseries yang akan diadakan di Dubai pada bulan Desember nanti, apabila mereka menang, mereka masih punya kesempatan untuk menambah pundi-pundi penghasilan mereka sebesar Rp 1,1 miliar. Kerja keras, semangat pantang menyerah, dan keuletan yang dipertontonkan dalam setiap pertandingan membuat mereka layak mendapatkan semuanya.

Monday, November 27, 2017

Traveloka - When Impossible Means Nothing...

Bersyukur. Kata tersebut adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan berbagai kisah perjalanan yang telah kulakukan hingga saat ini. Kok bisa? Kecintaanku pada dunia travelling tidak sengaja muncul ketika aku sedang bepergian dengan keluargaku ke luar negeri. Di usiaku yang baru menginjak angka 7 saat itu, aku ingat bagaimana aku mengagumi keindahan dan keunikan budaya di negara-negara tersebut dan kekagumanku tidak hanya berhenti sampai di situ. Setiap mengunjungi negara yang berbeda, aku selalu dapat mempelajari hal baru seperti budaya, bahasa, makanan khas, tempat wisata, dan sebagainya. Setiap tempat yang kukunjungi selalu meninggalkan misteri dan kesan yang mendalam bagiku.
Jurang Tembelan Kanigoro - DIY
Tanpa kusadari kebaikan Tuhan tidak berhenti sampai di situ, pekerjaanku juga memberikanku kesempatan untuk menjelajahi indahnya Indonesia. Jujur aku akui hingga saat ini alam Indonesia masih tetap yang terbaik dan terindah di dunia. Hanya lagi-lagi kembali pada persoalan infrastruktur yang masih belum memadai yang menyebabkan diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk menikmati tempat wisata tersebut atau sulitnya menjangkau daerah eksotis tersebut. 

Aku sekeluarga terbiasa menggunakan jasa tur ketika bepergian karena lebih nyaman dan terbiasa menerima beres; duduk di bis/kapal/pesawat-makan-minum-jalan-tidur dan begitu seterusnya. Semakin lama aku merasa semakin bosan dan tidak menarik karena aku merasa tidak bebas dan tidak punya waktu lebih untuk menikmati momen perjalananku. Kebebasan waktu yang tidak pernah ada membuatku tertantang untuk membuat rute perjalanan kami sendiri. Berbekal pencarian yang dilakukan terus-menerus, aku memberanikan diri untuk melakukan uji coba ketika menghabiskan akhir tahun ke Malang dan Batu bersama teman-teman. Ternyata perjalanan tersebut berhasil dilalui dan kami semua menikmati kebersamaan dan momen yang tercipta, hal inilah yang memupuk rasa percaya diriku untuk merencanakan perjalanan ke luar negeri dengan skala yang lebih besar dan terstruktur.

Windows of The World - Shenzhen
Rencana perjalanan pun mulai kubuat untuk kami sekeluarga yang berjumlah 5 orang dengan negara Hongkong – Shenzhen – Makau sebagai tujuan wisata tahun lalu. Aku sangat menikmati setiap proses penyusunan dan pembuatan itinerary hari demi hari, walaupun terkadang muncul rasa malas dan berat, aku menyadari bahwa masa pencarian informasi terbaik ternyata membutuhkan waktu yang tidak sebentar. 

Keuletan dan kesabaran adalah kunci utama dalam keberhasilan penyusunan rencana perjalanan ini, kamu harus ulet dalam mencari dan membandingkan satu per satu informasi untuk mendapatkan yang terbaik, kamu harus sabar jika tidak menemukan informasi yang diperlukan karena tidak semua informasi berhasil didapatkan dengan sekali klik saja. Terkadang blogger menuliskan kisah perjalanannya dalam bahasa asing yang bukan bahasa Inggris, syukurlah aku masih dapat membaca huruf Mandarin. 

Sekarang ini, masa-masa pencarian dan perbandingan informasi mengenai banyak hal sudah jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan masa lampau. Dulu belum ada mesin pencarian tiket pesawat dari seluruh maskapai pada satu website, bayangkan jika kita harus menelepon satu-satu agen perjalanan hanya untuk menanyakan dan membandingkan tiket pesawat dari beberapa maskapai. Alih-alih mendapatkan informasi yang diinginkan, omelan dan gerutu yang akan kita terima karena kita dianggap terlalu banyak bertanya, apalagi jika kita tidak jadi bertransaksi. Sebenarnya bisa saja dilakukan browsing, namun dapatkah kita bayangkan berapa banyak tab yang harus dibuka untuk mencari informasi yang diperlukan karena saat itu belum ada aplikasi yang menyatukan semuanya seperti Traveloka.